Jepitcom

problematika remaja

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PROBLEM REMAJA

oleh :dumas ,smg

Remaja adalah merupakan masa transisi atau masa peralihan dari anak menuju dewasa, masa anak dan masa remaja tidak terdapat batasan yang jelas,namun nampak adanya suatu gejala yang timbul tiba-tiba dalam permulaan masa remaja: yaitu gejala timbulnya seksualitas/genital,hingga masa remaja ini disebut masa pubertas.

Pada masa inilah setiap orang sering mengalami yang namanya krisis identitas diri atau tidak mengetahui jati dirinya sendiri,maka sering kali apabila pada masa ini gagal dalam mencarinya bisa berakibat fatal pada masa berikutnya ataupun pada saat masa ini sedang dijalankan. Remaja sering ingin mengetahui dan mencoba hal-hal yang baru tanpa menyaring terlebih dulu mana yang baik dan buruk yang penting tau,dan remaja biasa cenderung belum bisa memutuskan atau masih sulit dalam mengambil keputusan (Lewin,1939) Diambil dari Monks Dkk.

Pornografi memang mirip wabah penyakit karena itu perlu vaksin baru yang lebih mujarab untuk menghambat penyebaran atau peredaranya. Sudah barang tentu faktor pembawa virus atau kuman penyakit sangat keberatan dan akan mati-matian menolak peredaran vaksin baru yang lebih mujarab.

Anehnya,ada diantara teman kita yang merasa sehat,yakin tidak tertular,membuat slogan menolak penyakit itu.namun mati-matian menolak peredaran vaksin baru,persis anak-anak yang menolak di suntik dan di beri obat dengan alasan bermacam-macam.

Memprihatinkan! Kata yang sepantasnya dikatakan untuk menyikapi kasus tersebut diatas. Belum lama heboh kasus penayangan video porno yang pelakunya oleh seorang anggota DPR Yahya zaini dengan penyanyi Dangdut Maria eva reda dibicarakan,kini masyarakat di Kendal Jawa Tengah mulai dikejutkan lagi dengan beredarnya VCD yang berisi adegan serupa atau adegan mesum dilakukan oleh pasangan pelajar,ini benar-benar sudah memprihatinkan.

Yang lebih memprihatikan lagi,pelaku sekarang sedang duduk di bangku kelas 3 SMA yang sebentar lagi akan melaksanakan ujian akhir,apakah hal ini tidak mencoreng nama dunia pendidikan kita,yang sebetulnya mereka harus belajar untuk menghadapi ujian tapi,yang terjadi apa?mereka malah berbuat hal yang tidak bermoral yang justru merugikan bagi mereka.

Orang-orang terdidik yang seharusnya menjadi penopang harapan bangsa justru malah menodainya dengan tingkahlakunya yang tidak bermoral. Dunia pendidikan di negara kita memang sedang memprihatinkan,tiga tahun belakangan ini banyak pelajar kita yang tidak lulus ujian,di tambah lagi dengan maraknya peredaran video-video porno yang pelakunya justru para pelajar atau remaja.

Memang kita sadari bahwa masa Remaja adalah masa yang mempunyai arti khusus,mengapa disebut demikian karena masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak menuju kemasa dewasa atau bisa disebut masa pubertas atau masa transisi.

Masa remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas.Ia tidak termasuk golongan anak,tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa.Remaja masih belum mampu untuk mengatasi fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya(Calon,1953) Diambil dari Monks Dkk.

Remaja biasa diselimuti dengan rasa ingin tau dan ingin mencoba hal-hal yang baru,untuk mencari identitas diri,karena masa remaja bisa kita sebut dengan masa Krisis Identitas deri,sehingga remaja akan mencari identitas dirinya dengan meniru memodel,imitasi tingkahlaku orang lain yang di lihat,dilakukan secara sadar atau tidak contohnya:orang tua,orang yang lebih dewasa,artis-artis,tokoh idola dsb.(Bandura dan Walters,1963) Diambil Dari Monks Dkk.

Dalam menganalisa kasus tersebut diatas,saya mencoba menggunakan metode Behavioral Educational psychology,pada umumnya behavioral atau tingkah laku semula dianggap genetik,akan tetapi dalam banyak penelitian empiriks menyimpulkan bahwa perilaku ialah senantiasa akan berkaitan erat dengan lingkungan.

Behavior mengacu pada hampir semua aktivitas dan tingkah laku manusia,termasuk dalam berbagai bidang,seperti proses fisiologis,psikologis dan biokimiawi dasar. Hal ini dalam metode behavior menyebutkan bahwa kita dapat belajar untuk mengendalikan banyak aktivitas fisiologis orang yang sebelumnya belum ada yang memikirkan atau sama sekali belum terpikirkan dikalangan terpelajar. Kajian psikologis sangat luas yang didasarkan pada pendekatan aktivitas manusia yang meancoba menjelaskan perilaku terhadap beberapa prinsip kesederhanaan.

Kata “behavior” harus tidak dikacaukan dengan pemahaman penggunaan bahasa yang sering kita gunakan sehari-hari,sebab perilaku itu banyak konotasi dan intrepretasi lainya,oleh karena itu perilaku itu digunakan khusus dalam perubahan perilaku dengan tujuan ilmiah yang teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari atau dalam artilain tidak hanya dengan melihat tetapi juga diamati dan juga dipelajari. Behavior merupakan suatu ilmu dalam ilmu psikologis yang mana secara alami kompatibel dengan pendidikan dan secara alami cenderung untuk memperlihatkan berbagai hal yang berkaitan dengan dunia belajar.

Prinsip utama yang harus dilakukan dalam psikologi behavior berlaku umum untuk semua strata dalam pendidikan,sebagaimana penguatan atau reinforcement juga diberlakukan demikian. Reinforcement ialah suatu konsekuensi atau tanggung jawab dari suatu tindakan yang dibuat bahwa tindakan lebih memungkinkan untuk diulangi lagi.

Penguatan ialah serupa dengan reward atau hadiah,penghargaan. Gagasanya ialah tidak terlalu berlebihan atau sederhana tetapi bisa bermacam-macam variasinya. Ada banyak jalan untuk menggolongkan penguatan atau reinforcement dan kategorinya. Perbedaan yang instrinsik dan ekstrinsik di dasarkan dari apakah perilaku seseorang terjadi penguatan dalam dirinya sendiri atau apakah penguatan itu dikarenakan oleh reward atau hadiah,penghargaan itulah yang bukan merupakan bagian integral dari perilaku atau tingkah laku sebenarnya (Robert,1975).

Maka suatu tingkah laku dapat dipelajari dengan”melihat”saja. Dalam hal kasus ini,memungkinkan pelaku juga melakukan hal yang serupa,mereka ikut-ikutan atau meniru dari tokoh idola mereka melakukannya kemudia mereka menirunya tanpa memikirkan sebab dan akibatnya. Atau bisa jadi sipelaku mempunyai sikap yang agresif,hanya dengan pernah melihat ia akan menirunya.

Dikatakan oleh Bandura untuk dapat meniru model dengan baik harus ada 4 persyaratan yang harus di penuhi oleh sipenirunya, yaitu:

Ø Perhatian(suatu model tidak akan bisa ditiru bila tidak diadakan pengamatan.

Ø Retensi atau disimpan dalam ingatan(tingkah laku harus dilihat dan diingat kembali).

Ø Reproduksi motoris(untuk dapat meniru dengan baik seseorang harus memiliki kemampuan motorik).

Ø Reinforsemen dan motivasi(orang yang menirukan harus melihat tingkah laku itu sebagai tingkah laku yang terpuji dan bermotivasi untuk menirukanya).

Dari hal di atas kita bisa mengetahui bahwa tindakan yang di lakukan sipelaku adegan video porno belum bisa memenuhi persyaratan dalam hal memodel,buktinya mereka melakukan peniruan yang salah atau melenceng sehingga menyebabkan hal yang negatif. Dalam saya menganalisa kasus ini,saya dapat menangkap bahwa sipelaku dalam melakukan tindakan ini merupakan tingkahlaku agresi yang berasal dari kepribadianya yang tampak.

Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresi (Davidoff, 1991) Diambil dari Walgito,Bimo.

1) Gen tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi. Dari penelitian yang dilakukan terhadap binatang, mulai dari yang sulit sampai yang paling mudah dipancing amarahnya, faktor keturunan tampaknya membuat hewan jantan yang berasal dari berbagai jenis lebih mudah marah dibandingkan betinanya.

2) Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat atau menghambat sirkuit neural yang mengendalikan agresi. Pada hewan sederhana marah dapat dihambat atau ditingkatkan dengan merangsang sistem limbik (daerah yang menimbulkan kenikmatan pada manusia) sehingga muncul hubungan timbal balik antara kenikmatan dan kekejaman. Prescott (Davidoff, 1991) menyatakan bahwa orang yang berorientasi pada kenikmatan akan sedikit melakukan agresi sedangkan orang yang tidak pernah mengalami kesenangan, kegembiraan atau santai cenderung untuk melakukan kekejaman dan penghancuran (agresi). Prescott yakin bahwa keinginan yang kuat untuk menghancurkan disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menikmati sesuatu hal yang disebabkan cedera otak karena kurang rangsangan sewaktu bayi.

3) Kimia darah. Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi. Dalam suatu eksperimen ilmuwan menyuntikan hormon testosteron pada tikus dan beberapa hewan lain (testosteron merupakan hormon androgen utama yang memberikan ciri kelamin jantan) maka tikus-tikus tersebut berkelahi semakin sering dan lebih kuat. Sewaktu testosteron dikurangi hewan tersebut menjadi lembut. Kenyataan menunjukkan bahwa anak banteng jantan yang sudah dikebiri (dipotong alat kelaminnya) akan menjadi jinak. Sedangkan pada wanita yang sedang mengalami masa haid, kadar hormon kewanitaan yaitu estrogen dan progresteron menurun jumlahnya akibatnya banyak wanita melaporkan bahwa perasaan mereka mudah tersinggung, gelisah, tegang dan bermusuhan. Selain itu banyak wanita yang melakukan pelanggaran hukum (melakukan tindakan agresi) pada saat berlangsungnya siklus haid ini.

Salah satu pandangan berpendapat bahwa manusia itu merupakan individu yang mempunyai dorongan – dorongan atau keiginan – keinginan yang pada prinsipnya membutuhkan pemuasan atau pemenuhan. Tetapi dalam kenyataanya tidak semua dorongan atau seua kenginan itu dapat dilaksanakan dengan secara baik. Dorongan yang tidak memperoleh pelepasan atau tidak dapat dipenuhi,terdorong dan tersimpan dalam bawah sadar,yang pada suatu ketika akan muncul kembali diatas sadar bila keadaaan memungkinkan. Salah satu pendapat yang dikemukakan oleh (FREUD) Diambil dari Monks Dkk.menyatakan bahwa struktur pribadi manusia itu terdiri dari 3(Tiga)bagian, yaitu:

1. DAS ES (THE ID)

Yaitu komponen yang mendorong keninginan – keinginan,nafsu – nafsu yang ingin segera dipuaskan atau di realisasikan maka di sebut PRINSIP KEPUASAN dan PRINSIP KEINGINAN untuk mencapai kepuasan.

2. DAS ICH(THE EGO)

Yaitu merupakan kemampuan menyesuaikan dengan lingkungan atau dengan realitas atau sesuai dengan realitas yang ada,karena itu merupakan kontrol yang memisahkan diri dengan realitas maka disebut PRINSIP REALITAS,karena dariitu,sering antara EGO dan ID berlawanan atau tidak sesuai karena ID ingin segera dipuaskan tapi,di kontrol dengan EGO sehingga bisa menjadi konflik.

3. DAS UBER ICH(THE SUPER EGO)

Yaitu merupakan kata hati,yang berhubungan dengan moral baik buruk.

Dalam kaitanya dengan kasus yang saya angkat, dari perbuatan atau tindakan yang dilakukan sangat erat kaitanya dengan kepribadiaan sipelakunya. Kepribadian yang baik atau buruk akan muncul dengan sendirinya tanpa kita sadari. Terbentuknya kepriadiaan seseorang sebetulnya diawali oleh lingkungan keluarga,yang mana dalam pendidikan keluarga peran serta orang tua(Bapak,Ibu) menjadi sangat penting dalam menentukanya. Keluarga sebagai sumber pengetahuan dan informasi sianak. Pada usia remaja memang anak perlu pengetahuan dan informasi mengenai hubungan seks atau pornografi,yang semuanya itu akan menjadi pembelajaran bagi sianak.

Kesimpulan dari kasus diatas? Kita tidak dapat mengingkari kenyataan atau fakta bahwa remaja membutuhkan suatu pengetahuan dan informasi tentang hubungan seks atau pornografi,yang nantinya akan menjadi pembelajaran bagi mereka. Tetapi dalam kaitanya dengan hal diatas keluargalah yang seharusnya menjadi pemroses pembelajaran bagi mereka. Maka,sudah saatnya peran serta keluarga menjadi sangat penting dalam memfasilitasinya.

Keluarga menjadi segala-galanya,menjadi pusat model,informasi dan pengetahuan,di samping keluarga juga di butuhkan peran serta guru disekolah sebagai seorang pendidik diharapkan mampu untuk memberi informasi dan pengetahan yang posiif tentang hal tersebut.

Remaja adalah ujung tombak dalam menentukan nasib masa depan sejarah dan penentu kemajuan bangsa, remaja rusak berarti kita teah gagal dalam menyiapkan generasi-generasi penerus bangsa. Oleh karena itu selamatkan kemajuan bangsa dengan mencetak generasi atau remaja yang berkwalitas.

DAFTAR PUSTAKA

Monks,Dkk.1998. Psikologi Perkembangan pengantar dalam berbagai bagian. Gadjah Mada University Press.

Robert,Thomas B.1975.Four Psychologies Applied To Education :Freudian,Behavioral,Humanistik,Transpersonal.Schenkman Publishing Company.New York.

Walgito,Bimo.1990. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. (Edisi Revisi). Penerbit ANDI Yogyakarta.

Diposkan oleh amy di 06:20

Beberapa Permasalahan Remaja

Oleh Lilly H. Setiono
Team e-psikologi

Jakarta, 13 Agustus 2002

Bagi sebagian besar orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup mereka.  Kenangan terhadap saat remaja merupakan kenangan yang tidak mudah dilupakan, sebaik atau seburuk apapun saat itu.  Sementara banyak orangtua yang memiliki anak berusia remaja merasakan bahwa usia remaja adalah waktu yang sulit. Banyak konflik yang dihadapi oleh orangtua dan remaja itu sendiri.  Banyak orangtua yang tetap menganggap anak remaja mereka masih perlu dilindungi dengan ketat sebab di mata orangtua para anak remaja mereka masih belum siap menghadapi tantangan dunia orang dewasa.  Sebaliknya, bagi para remaja, tuntutan internal membawa mereka pada keinginan untuk mencari jatidiri yang mandiri dari pengaruh orangtua.  Keduanya memiliki kesamaan yang jelas: remaja adalah waktu yang kritis sebelum menghadapi hidup sebagai orang dewasa.

Sebetulnya, apa yang terjadi sehingga remaja merupakan memiliki dunia tersendiri.  Mengapa para remaja seringkali merasa tidak dimengerti dan tidak diterima oleh lingkungan sekitarnya?.  Mengapa remaja seolah-olah memiliki masalah unik dan tidak mudah dipahami?

Masa Remaja

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun.  Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.

Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang.  Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memhami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi tersebut.

Dimensi Biologis

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar.  Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.

Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH).  Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan.  Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone.   Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll.  Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone.   Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

Dimensi Kognitif

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).   Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.  Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.  Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan.  Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.  Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka  lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.

Dimensi Moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka.   Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb.  Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan.  Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.  Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya.  Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain.  Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.

Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya.  Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru.   Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu.  Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya.  Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak  akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.

Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya.  Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik.  Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung.  Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya.  Ini bisa menjadi berbahaya jika  “lingkungan baru”   memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan  oleh orangtua.  Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam. (Baca juga artikel: Perkembangan Moral)

Dimensi Psikologis

Masa remaja merupakan masa yang  penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh  Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke  “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama.  Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.

Dalam hal kesadaran diri, pada  masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness).  Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri.  Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran.   Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”.  Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan  remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata.  Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar.   Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.

Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka.  Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.  Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab.  Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati-diri positif pada remaja.  Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan.  Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai “seseorang yang baru”; berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya.  Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para “idola”nya untuk menyelesaikan masalah seperti itu.  Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja. (Baca juga artikel: Remaja & Tokoh Idola)

Salah satu topik yang paling sering dipertanyakan oleh individu pada masa remaja adalah masalah "Siapakah Saya?" Pertanyaan itu sah dan normal adanya karena pada masa ini kesadaran diri (self-awareness) mereka sudah mulai berkembang dan mengalami banyak sekali perubahan.   Remaja mulai merasakan bahwa “ia bisa berbeda” dengan orangtuanya dan memang ada remaja yang ingin mencoba berbeda.  Inipun hal yang normal karena remaja dihadapkan pada banyak pilihan.  Karenanya, tidaklah mengherankan bila remaja selalu berubah dan ingin selalu mencoba – baik dalam peran sosial maupun dalam perbuatan.   Contoh: anak seorang insinyur bisa saja ingin menjadi seorang dokter karena tidak mau melanjutkan atau mengikuti jejak ayahnya. Ia akan mencari idola seorang dokter yang sukses dan berusaha menyerupainya dalam tingkahlaku. Bila ia merasakan peran itu tidak sesuai, remaja akan dengan cepat mengganti peran lain yang dirasakannya “akan lebih sesuai”.   Begitu seterusnya sampai ia menemukan peran yang ia rasakan “sangat pas” dengan dirinya. Proses “mencoba peran” ini merupakan proses pembentukan jati-diri yang sehat dan juga sangat normal.  Tujuannya sangat sederhana; ia ingin menemukan jati-diri atau identitasnya sendiri.  Ia tidak mau hanya menurut begitu saja keingingan orangtuanya tanpa pemikiran yang lebih jauh.

Banyak orangtua khawatir jika “percobaan peran” ini menjadi berbahaya. Kekhawatiran itu memang memiliki dasar yang kuat.  Dalam proses “percobaan peran” biasanya orangtua tidak dilibatkan, kebanyakan karena remaja takut jika orangtua mereka tidak menyetujui, tidak menyenangi, atau malah menjadi sangat kuatir.  Sebaliknya, orangtua menjadi kehilangan pegangan karena mereka tiba-tiba tidak lagi memiliki kontrol terhadap anak remaja mereka.  Pada saat inilah, kehilangan komunikasi antara remaja dan orangtuanya mulai terlihat.  Orangtua dan remaja mulai berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda sehingga salah paham sangat mungkin terjadi.

Salah satu upaya lain para remaja untuk mengetahui diri mereka sendiri adalah melalui test-test psikologis, atau yang di kenal sebagai tes minat dan bakat.  Test ini menyangkut tes kepribadian, tes intelegensi, dan tes minat.  Psikolog umumnya dilatih untuk menggunakan alat tes itu.  Alat tes yang saat ini umum diberikan oleh psikolog di Indonesia adalah WISC, TAT, MMPI, Stanford-Binet, MBTI, dan lain-lain. Alat-alat tes juga beredar luas dan dapat ditemukan di toko buku atau melalui internet; misalnya tes kepribadian.

Walau terlihat sederhana, dampak dari hasil test tersebut akan sangat luas.  Alat test psikologi dapat diibaratkan sebuah pisau lipat yang terlihat sekilas tidak berbahaya; namun di tangan orang yang “bukan ahlinya” atau yang kurang bertanggung-jawab, alat ini akan menjadi sangat berbahaya.  Alat test jika diinterpretasikan secara salah atau tidak secara menyeluruh oleh orang yang tidak berpengalaman atau tidak memiliki dasar ilmu yang cukup untuk mengartikan secara obyektif akan membuat kebingungan dan malah membawa efek negatif.   Akibatnya, para remaja akan merasa lebih bingung dan lebih tidak merasa yakin akan hasil tes tersebut.  Oleh karena itu sangatlah dianjurkan untuk mencari psikolog yang memang sudah terbiasa memberikan test psikologi dan memiliki Surat Rekomendasi Ijin Praktek (SRIP), sehingga dapat menjamin obyektivitas test tersebut.

Satu hal yang perlu diingat adalah hasil test psikologi untuk remaja sebaiknya tidak ditelah mentah-mentah atau dijadikan patokan yang baku mengingta bahwa masa remaja meruipakan masa yang snagat erat dengan perubahan. Alat test ini tidak semestinya dijadikan buku primbon atau acuan kaku dalam penentuan langkah untuk masa depan, misalnya dalam mencari sekolah atau mencari karir yang cocok. Seringkali, seiring dengan perkembangan remaja dan perubahan lingkungan sekitarnya, konklusi yang diterima dari hasil test bisa berubah dan menjadi tidak relevan lagi.  Hal ini wajar mengingat bahwa minat seorang remaja sangat labil dan mudah berubah.

Sehubungan dengan  explorasi diri melalui internet atau media massa yang lain, remaja hendaknya berhati-hati dalam menginterpretasikan hasil-hasil yang di dapat dari test-test psikologi online melalui internet. Harap diingat bahwa banyak diantara test tersebut masih sebatas ujicoba dan belum dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Selain itu dibutuhkan kejujuran untuk mampu menerima diri apa adanya sehingga remaja tidak mengembangkan identitas "virtual" yang berbeda dengan diri yang asli. (baca juga artikel: Explorasi Diri Melalui Internet)

Selain beberapa dimensi yang telah disebutkan diatas, masih ada dimensi-dimensi yang lain dalam kehidupan remaja yang belum sempat dibahas dalam artikel ini. Salah satu dari dimensi tersebut diantaranya adalah dimensi sosial.

Tip untuk Orangtua

Dalam kebudayaan timur, masih banyak orangtua yang menganggap anak adalah milik orangtua, padahal seperti yang dituliskan oleh Khalil Gibran:  Anak Hanya Titipan Sang Pencipta.  Ia bukan kepanjangan tangan orangtua. Ia berhak memiliki kehidupannya sendiri, menentukan apa yang terbaik bagi dirinya. Tentu saja peran orangtua sangat besar sebagai pembimbing.  Dalam usia remaja, kemampuan penentuan diri inilah yang semestinya dilatih.  Remaja seperti juga semua manusia lainnya – belajar dari kesalahan. Bagi para orangtua ada baiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Mulailah menganggap anak remaja sebagai teman dan akuilah ia sebagai orang yang akan berangkat dewasa.  Seringkali orangtua tetap memperlakukan anak remaja mereka seperti anak kecil, meskipun mereka sudah berusaha menunjukkan bahwa keberadaan mereka sebagai calon orang dewasa.

Hargai perbedaan pendapat dan ajaklah berdiskusi secara terbuka.  Nasihat yang berbentuk teguran atau yang berkesan menggurui akan tidak seefektif forum diskusi terbuka. Tidak ada yang lebih dihargai oleh para remaja selain sosok orangtua bijak yang bisa dijadikan teman.

Tetaplah tegas pada nilai yang anda anut walaupun anak remaja anda mungkin memiliki pendapat dan nilai yang berbeda.  Biarkan nilai anda menjadi jangkar yang kokoh di mana anak remaja anda bisa berpegang kembali setelah mereka lelah membedakan dan mempertanyakan alternatif nilai yang lain.   Larangan yang kaku mungkin malah akan menyebabkan sikap pemberontakan dalam diri anak anda.

Jangan malu atau takut berbagi masa remaja anda sendiri.  Biarkan mereka mendengar dan belajar apa yang mendasari perkembangan diri anda dari pengalaman anda.  Pada dasarnya,  tidak ada anak remaja yang ingin kehilangan orangtuanya.

Mengertilah bahwa masa remaja untuk anak anda adalah masa yang sulit.  Perubahan mood sering terjadi dalam durasi waktu yang pendek, jadi anda tidak perlu panik jika anak remaja anda yang biasanya riang tiba-tiba bisa murung dan menangis lalu tak lama kemudian kembali riang tanpa sebab yang jelas.

Jangan terkejut jika anak anda bereksperimen dengan banyak hal, misalnya mencat rambutnya menjadi biru atau ungu, memakai pakaian serba sobek, atau tiba-tiba ber bungee-jumping ria. Selama hal-hal itu tidak membahayakan, mereka layak mencoba masuk ke dalam dunia yang berbeda dengan dunia mereka saat ini.  Berikanlah ruang pada mereka untuk mencoba berbagai peran yang cocok bagi masa depan mereka.  Ada remaja yang menurut tanpa membantah keinginan orangtua mereka dalam menentukan peran mereka, misalnya jika kakek sudah dokter, ayah dokter, kelak iapun “diharapkan dan disiapkan” untuk menjadi dokter pula. Namun ada juga anak remaja yang memang tidak ingin masuk ke dalam dunia yang sama dengan orangtua mereka. Dalam hal ini janganlah memaksakan anak mengikuti kehendak orangtua. Seperti Kahlil Gibran ….anak hanya titipan, ia milik masa depan dan kita milik masa lalu.

Kenali teman-teman anak remaja anda.  Bertemanlah dengan mereka jika itu memungkinkan.  Namun waspadalah jika anak anda sangat tertutup dengan dunia remajanya. Mungkin ia tidak/ kurang mempercayai anda atau ada yang disembunyikannya.
Selamat mencoba dan semoga bermanfaat. (jp)

http://edyzip.wordpress.com/2008/05/21/pola-pikir-remaja-saat-ini/

2008
Pola Pikir Remaja Sa’at Ini
Posted by edyzip under artikel remaja, cinta, kenekalan remaja

Dalam beberapa masalah sering kita jumpai mengenai permasalahan yang menyangkut soal pendidikan di negara kita ini yaitu khususnya di negara Indonesia. Masalah itu adalah menyangkut soal mutu pendidikan kita yang rendah. Menurut pakar pendidikan kita yaitu Sarif Abdulrahman bahwa pendidikan sekarang ini memang sudah dilandasi atas dasar pendidikan yang menelaah pada sisi segi estetika dan segi perkembangan pendidikan yang sudah makin maju dinegara-negara tetangga kita. misalnya negara Jepang, Cina, Inggris dan lain sebagainya. mereka umumnya yang tinggal dinegara itu mengganggap bahwa pendidikan adalah hal yang utama karena pada prinsipnya pola pikir manusia harus bisa menyatu dengan perkembangan jaman yang semakin maju. Kita kenal negara Jepang, dilihat dari sisi segi kemampuannya bahwa Jepang merupakan nomer satu dunia yang mampu mengolah pendidikan itu menjadi program yang dapat menciptakan sebuah produk yaitu tentang barang-barang hasil ciptaannya. lemari es, tv, radio mobil motor dan lain sebagainya itu semua merupakan buatan dari Jepang sendiri.

Dari sini yang menjadi pertanyaan kita bahwa kenapa kita tidak bisa seperti negara-negara tetangga kita ini yang bisa berdiri sendiri, yang bisa mandiri dan bisa mengurus negaranya sendirinya tanpa intervensi oleh pihak luar. Oleh karena itu dalam menelaah tentang permasalahan ini ayolah kita melihat dan kita tiru pendidikan disana mulai dari cara mereka bisa sukses itu bagaimana cara mereka bisa berkembang itu bagaimana. Sehingga dengan demikian kita sebagai generasi muda yang bersekolah tidak ketinggalan dalam mengejar perkembangan ini. Depatemen Pendidikan sekarang dalam hal ini harus bisa membuat suatu skema tentang perencanaan pendidikan kita ini. Skema ini khususnya untuk memajukan pendidikan agar pendidikan kita semakin maju dan semakin membuat negara menjadi berkembang. Prioritas dalam pendidikan adalah dapat dilihat dari mutu dan upaya bagaimana pendidikan kita ini bisa di akui oleh negara lain sehingga untuk itu generasi muda sekarang harus dididik dengan keras dalam pendidikan agar mereka bisa mengharumkan negara kita ini yaitu Indonesia tercinta. Dari sekian banyak remaja-remaja kita ini memang kalau kita lihat tingkat dari ketajaman berpikir atau IQ mereka itu berbeda-beda dan beragam pula. ada yang IQnya diatas rata-rata dan ada yang IQ yang dibawah rata-rata.Dari situ kita sebenarnya jangan memandang dari segi IQ seseorang tetapi kita melihat apakah dia berprestasi atau tidak remaja itu disekolahnya.
//-->

Tinggalkan Balasan

Anda harus masuk log untuk mengirim sebuah komentar.

Entri Tersimpan
Tanggal Tulisan :
Mei 21, 2008 at 11:01 am
Kategori :
artikel remaja, cinta, kenekalan remaja
Lakukan Lebih Lanjut :
You can leave a response, or trackback from your own site.

Blog pada WordPress.com. — Theme: Connections by www.vanillamist.com

http://isrona.wordpress.com/2008/01/29/dampak-negatif-penggunaan-teknologi-informasi-dan-kom/

Dampak negatif penggunaan Teknologi Informasi dan Kom

Ibu Endang merasa beruntung anak-anaknya ‘bersahabat’ dengan komputer sejak dini. Fatih (9), anaknya yang pertama, tak hanya senang bermain games, namun juga lancar mengoperasikan berbagai program olah kata dan angka. Sementara adiknya, Nadia (4) yang baru belajar mengenal komputer, sudah asyik menjajal program pendidikan dalam mengenal warna dan bentuk saja. Fatih kini pintar matematika lantaran sering berlatih dengan bantuan komputer. Sementara Nadia punya banyak kosakata bahasa Inggris juga lantaran sering bermain komputer.

Tetapi, Ibu Rahmi justru merasa punya masalah dengan ‘keakraban’ anaknya dengan komputer. Menurutnya, Rizki (7 tahun) kini lebih sukai ‘bermain’ dengan komputernya daripada dengan teman-temannya. Rizki bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk bermain games. Ia juga malas bila diajak menulis atau menggambar. Tak heran, tugas menggambar di sekolah tidak pernah dikerjakannya sampai tuntas. Tetapi, untuk menggambar di komputer ia sangat pandai. Maklum, dengan satu dua klik-an saja, ia sudah dapat menggambar dan mewarnai dengan sempurna.
Pernah punya pengalaman senada?
Positif-Negatif
Nina Armando, Staf Pengajar Jurusan Komunikasi FISIP UI, mengatakan bahwa kemunculan teknologi komputer sendiri sesungguhnya bersifat netral. Pengaruh positif atau negatif yang bisa muncul dari alat ini tentu saja lebih banyak tergantung dari pemanfaatannya. Bila anak-anak dibiarkan menggunakan komputer secara sembarangan, pengaruhnya bisa jadi negatif. Sebaliknya, komputer akan memberikan pengaruh positif bila digunakan dengan bijaksana, yaitu membantu pengembangan intelektual dan motorik anak.

Senada dengan Nina, Muhammad Rizal, Psi, Psikolog di Lembaga Psikologi Terapan UI, mengatakan banyak manfaat dapat diambil dari penggunaan komputer, namun tak sedikit pula mudhorot yang bisa ditimbulkannya.

Diantara manfaat yang dapat diperoleh adalah penggunaan perangkat lunak pendidikan seperti program-program pengetahuan dasar membaca, berhitung, sejarah, geografi, dan sebagainya. Tambahan pula, kini perangkat pendidikan ini kini juga diramu dengan unsur hiburan (entertainment) yang sesuai dengan materi, sehingga anak semakin suka.

Manfaat lain bisa diperoleh anak lewat program aplikasi berbentuk games yang umumnya dirancang untuk tujuan permainan dan tidak secara khusus diberi muatan pendidikan tertentu. Beberapa aplikasi games dapat berupa petualangan, pengaturan strategi, simulasi, dan bermain peran (role-play).

Dalam kaitan ini, komputer dalam proses belajar, akan melahirkan suasana yang menyenangkan bagi anak. Gambar-gambar dan suara yang muncul juga membuat anak tidak cepat bosan, sehingga dapat merangsang anak mengetahui lebih jauh lagi. Sisi baiknya, anak dapat menjadi lebih tekun dan terpicu untuk belajar berkonsentrasi.

Namun, sisi mudhorot penggunaan komputer tak juga bisa diabaikan. Salah satunya adalah dari kemungkinan anak, kemungkinan besar tanpa sepengetahuan orangtua, ‘mengkonsumsi’ games yang menonjolkan unsur-unsur seperti kekerasan dan agresivitas. Banyak pakar pendidikan mensinyalir bahwa games beraroma kekerasan dan agresi ini adalah pemicu munculnya perilaku-perilaku agresif dan sadistis pada diri anak.

Akses negatif lewat internet
Pengaruh negatif lain, disepakati Nina dan Rizal adalah terbukanya akses negatif anak dari penggunaan internet. Mampu mengakses internet sesungguhnya merupakan suatu awal yang baik bagi pengembangan wawasan anak. Sayangnya, anak juga terancam dengan banyaknya informasi buruk yang membanjiri internet.

Melalui internetlah berbagai materi bermuatan seks, kekerasan, dan lain-lain dijajakan secara terbuka dan tanpa penghalang. Nina mengungkapkan sebuah studi yang menunjukkan bahwa satu dari 12 anak di Canada sering menerima pesan yang berisi muatan seks, tawaran seks, saat tengah berselancar di internet.

Meski demikian, baik Nina maupun Rizal sepakat bahwa mengajarkan internet bagi anak, di zaman sekarang merupakan hal penting. Hanya saja, demi mencegah dampak negatifnya, ada beberapa hal yang harus dilakukan orangtua.

Pertama, orangtualah yang seharusnya mengenalkan internet pada anak, bukan orang lain. Mengenalkan internet berarti pula mengenalkan manfaatnya dan tujuan penggunaan internet. Karena itu, ujar Nina, orangtua terlebih dahulu harus ‘melek’ media dan tidak gatek.
”Sayangnya, seringkali anaknya sudah terlalu canggih, sementara orangtuanya tidak tahu apa-apa. Tidak tahu bagaimana membuka internet, juga tidak tahu apa-apa soal games yang suka dimainkan anak. Nanti ketika ada akibat buruknya, orangtua baru menyesal,” sesal Nina.

Kedua, gunakan software yang dirancang khusus untuk melindungi ‘kesehatan’ anak. Misalnya saja program nany chip atau parents lock yang dapat memproteksi anak dengan mengunci segala akses yang berbau seks dan kekerasan.

Ketiga, letakkan komputer di ruang publik rumah, seperti perpustakaan, ruang keluarga, dan bukan di dalam kamar anak. Meletakkan komputer di dalam kamar anak, menurut Nina akan mempersulit orangtua dalam hal pengawasan. Anak bisa leluasa mengakses situs porno atau menggunakan games yang berbau kekerasaan dan sadistis di dalam kamar terkunci. Bila komputer berada di ruang keluarga, keleluasaannya untuk melanggar aturan pun akan terbatas karena ada anggota keluarga yang lalu lalang.

Cegah kecanduan
Pengaruh negatif lain bagi anak, menurut Rizal, adalah kecendrungan munculnya ‘kecanduan’ anak pada komputer. Kecanduan bermain komputer ditengarai memicu anak menjadi malas menulis, menggambar atau pun melakukan aktivitas sosial.

Kecanduan bermain komputer bisa terjadi terutama karena sejak awal orangtua tidak membuat aturan bermain komputer. Seharusnya, menurut Rizal, orangtua perlu membuat kesepakatan dengan anak soal waktu bermain komputer. Misalnya, anak boleh bermain komputer sepulang sekolah setelah selesai mengerjakan PR hanya selama satu jam. Waktu yang lebih longgar dapat diberikan pada hari libur.
Pengaturan waktu ini perlu dilakukan agar anak tidak berpikir bahwa bermain komputer adalah satu-satunya kegiatan yang menarik bagi anak. Pengaturan ini perlu diperhatikan secara ketat oleh orangtua, setidaknya sampai anak berusia 12 tahun. Pada usia yang lebih besar, diharapkan anak sudah dapat lebih mampu mengatur waktu dengan baik.

Peran penting orangtua
Menimbang untung ruginya mengenalkan komputer pada anak, pada akhirnya memang amat tergantung pada kesiapan orangtua dalam mengenalkan dan mengawasi anak saat bermain komputer. Karenanya, kepada semua orangtua, Rizal kembali mengingatkan peran penting mereka dalam pemanfaatan komputer bagi anak.

Pertama, berikan kesempatan pada anak untuk belajar dan berinteraksi dengan komputer sejak dini. Apalagi mengingat penggunaan komputer adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari pada saat ini dan masa yang akan datang.

Kedua, perhatikan bahwa komputer juga punya efek-efek tertentu, termasuk pada fisik seseorang. Karena perhatikan juga amsalah tata ruang dan pencahayaan. Cahaya yang terlalu terang dan jarak pandangan terlalu dekat dapat mengganggu indera penglihatan anak.

Ketiga, pilihlah perangkat lunak tertentu yang memang ditujukan untuk anak-anak. Sekalipun yang dipilih merupakan program edutainment ataupun games, sesuaikan selalu dengan usia dan kemampuan anak.

Keempat, perhatikan keamanan anak saat bermain komputer dari bahaya listrik. Jangan sampai terjadi konsleting atau kemungkinan kesetrum terkena bagian tertentu dari badan Central Processing Unit (CPU) komputer.

Kelima, carikan anak meja atau kursi yang ergonomis (sesuai dengan bentuk dan ukuran tubuh anak), yang nyaman bagi anak sehingga anak dapat memakainya dengan mudah. Jangan sampai mousenya terlalu tinggi, atau kepala harus mendongak yang dapat menyebabkan kelelahan. Alat kerja yang tidak ergonomis juga tidak baik bagi anatomi anak untuk jangka panjang.

Keenam, bermain komputer bukan satu-satunya kegiatan bagi anak. Jangan sampai anak kehilangan kegiatan yang bersifat sosial bersama teman-teman karena terlalu asik bermain komputer.

SUmber:http://info.balitacerdas.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=33

http://pertekkom.blogdetik.com/2008/04/11/dampak-positif-dan-negatif-internet/

Dampak Positif dan Negatif Internet
pertekkom-BI-2008
April 11th, 2008

Dampak Positif:

1.      Internet dapat berguna sebagai media komunikasi dan banyak digunakan untuk berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia.

2.      Media untuk mencari informasi atau data, mencarai data dapat dilakukan dengan cepat, melalui yahoo, google, dll

3.      Kemudahan memperoleh informasi yang ada di internet sehingga manusia tahu perkembangan dunia luar dan apa saja yang terjadi.

4.      Media pertukaran data, dengan menggunakan email, newsgroup, ftp dan www (world wide web – jaringan situs-situs web) para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan murah.

5.      Internet sebagai lahan informasi untuk bidang politik, pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain

6.      Kemudahan bertransaksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan sehingga tidak perlu pergi menuju ke tempat penawaran/penjualan. Sekarang ini banyak website yang menawarkan shopping on-line

Dampak Negatif

1.      Pornografi. Internet sering dikatakan identik dengan pornografi. Dengan kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela. Di internet terdapat gambar-gambar pornografi dan kekerasan yang bisa mengakibatkan dorongan kepada seseorang untuk bertindak kriminal.

2.      Violence and Gore. Kekejaman dan kesadisan juga banyak ditampilkan. Karena segi bisnis dan isi pada dunia internet tidak terbatas, maka para pemilik situs menggunakan segala macam cara agar dapat ‘menjual’ situs mereka. Salah satunya dengan menampilkan hal-hal yang bersifat tabu.

3. Penipuan. Internet pun tidak luput dari serangan penipu. Cara yang terbaik adalah tidak mengindahkan hal ini atau mengkonfirmasi informasi yang Anda dapatkan pada penyedia informasi tersebut. Jangan mudah percaya dengan tawaran-tawaran yang diberikan dan jangan sembarangan bila akan menggunakan credit card untuk belanja on-line

4. Carding

Karena bersifat langsung, cara belanja dengan menggunakan credit card adalah cara yang paling banyak digunakan dalam dunia internet. Para penjahat internet dapat mengetahui setiap transaksi yang berlangsung dan mencatat kode rahasia yang anda berikan, setelah itu mereka dapat menggunakan credit card anda untuk berbelanja kebutuhan merek dan pembeyaran akan ditagihkan kepada anda.

5. Perjudian. Dampak lainnya adalah meluasnya perjudian. Dengan jaringan yang tersedia, para penjudi tidak perlu pergi ke tempat khusus untuk memenuhi keinginannya. Sekarang ini bayak situs yang menyediakan perjudian seperti Cassino, Black Jack, dan lain-lain. Cara pembayaran bet-nya tentu saja dengan menggunakan credit card.

http://www.mail-archive.com/i-kan-konsel@hub.xc.org/msg00011.html

PENGARUH DUNIA MAYA DAN MEDIA MASSA
BAGI ANAK DAN KOMUNIKASI KELUARGA

Apa kata Alkitab tentang peran dan pengaruh media? Bagaimana peran
gereja dalam pemanfaatan media bagi kehidupan jemaat dan keluarga?
Apa saja yang menjadi aspek moral dan spiritual game, internet, dan
komik (media massa)?

Pendahuluan
-----------

Nats Alkitab:

"Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan
kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau
mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan
membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau
sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila
engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda
pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan
haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada
pintu gerbangmu." (Ulangan 6:4-9)

"Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada
masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."
(Amsal 22:6)

TUHAN adalah pihak yang pertama-tama mengambil inisiatif secara
aktif untuk mengomunikasikan kebenaran, bahkan diri-Nya sendiri
kepada manusia. Kejatuhan manusia ke dalam dosa karena pencobaan
dari iblis dimulai dengan komunikasi yang disampaikan oleh iblis
kepada manusia dalam bentuk audio-visual. Oleh sebab itulah, manusia
terpikat oleh keinginan mata, keinginan daging, dan keangkuhan
hidup. Iblis mengoda dengan mengarahkan pandangan manusia terhadap
buah pengetahuan yang baik dan jahat, buah yang dilarang oleh Tuhan
untuk dimakan. Buah itu kelihatannya baik untuk dimakan dan sedap
kelihatannya.

I. Standar Nilai Kebenaran

Ditinjau dari sudut pemahaman teologis, semua isi dan bentuk media
komunikasi manusia sangatlah ditentukan oleh pribadi-pribadi yang
memproduksi dan menyampaikan. Sedangkan perkembangan teknologi
informasi dan media audio-visual hanyalah dipakai sebagai alat untuk
mempermudah penyampaian komunikasi.

Dari seorang yang hidup dalam dosa, tidak mungkin ia bisa
menghasilkan komunikasi yang sesuai dengan kebenaran Allah sebab ia
sendiri "buta" dan tidak hidup dalam kebenaran itu.

Contoh:
Film yang diproduksi dengan kandungan unsur pornografi oleh seorang
seniman, mungkin dikatakan sebagai film yang mempunyai nilai seni
yang tinggi, oleh sutradara mungkin dianggap sebagai film yang bisa
membawa kekebasan berekspresi, oleh produser akan dikatakan sebagai
film yang laku dijual, dan oleh konsumen bisa dianggap film yang
enak untuk dinikmati.

Tetapi apabila seseorang memiliki nilai moral dan memegang teguh
kebenaran Tuhan, ia akan mengatakan bahwa film itu adalah film yang
merusak moral.

Jadi, standar penilaian tergantung dari nilai yang tertanam dalam
diri seseorang. Oleh sebab itu, di dalam Kitab Ulangan 6:6-9, kita
diperintahkan untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran kepada
anak-anak secara berulang-ulang; apabila kita duduk di rumah,
apabila kita sedang dalam perjalanan, apabila kita berbaring, dan
apabila kita bangun. Bahkan, pengajaran yang berulang-ulang itu juga
memakai metode visualisasi dengan mengikatkan sebuah kotak kecil
berisi firman Tuhan sebagai tanda pada tangan dan hal itu harus
menjadi lambang di dahi, serta harus dituliskan pada tiang pintu
rumah dan pada pintu gerbang.

II. Memori Otak Manusia

Memori di dalam otak manusia sama halnya dengan kemampuan sebuah
"microprosesor" hasil teknologi sekarang ini. Di dalam
"microprosesor" terdapat apa yang disebut sebagai "cache memory".
"Cache memory" adalah memory yang berfungsi menampung semua
instruksi yang pernah atau sering dipakai oleh "microprosesor"
ketika ia mengakses data ke "main memory". Jadi, setiap intruksi
yang pernah dieksekusi, apabila perlu dipakai lagi, bisa diambil
dari "cache memory" sehingga tidak perlu menunggu waktu yang lebih
lama untuk mengambilnya dari "main memory". Dengan demikian, kinerja
prosesor dapat ditingkatkan.

Contoh:
Jika kita mempunyai pilihan untuk menempuh perjalanan ke suatu
tempat; katakanlah C, dan untuk mencapai tempat itu kita bisa
melalui jalan A atau jalan B. Jika jalan A adalah jalan yang biasa
dan berulang-ulang kita lewati, sedangkan jalan B jarang kita
lewati, faktor kemungkinan kita memilih jalan A akan lebih besar
daripada jalan B. Ketika sampai di persimpangan jalan dan dihadapkan
untuk memilih jalan A atau B, secara otomatis, reaksi otak akan
mengambil data di memori kita berupa jalan A yang sering kita
lewati.

Hal serupa juga terjadi dalam pengaruh media tontonan, bacaan, dan
permainan; berupa film-film, buku-buku bacaan, game, maupun
informasi dari internet. Jika seseorang mengonsumsi materi-materi
media yang bersifat merusak, ketika ia dihadapkan pada pilihan
bagaimana ia harus mengambil tindakan atau keputusan, ia akan
cenderung mengambil data dari memori yang ada di otaknya, yakni apa
yang selama ini ia lihat, dengar, dan baca.

Oleh sebab itu, pengajaran yang berulang-ulang akan diambil alih
media apabila orang tua tidak mengambil peran yang sangat penting
dalam membangun komunikasi keluarga, yaitu mengajarkan dan
menanamkan nilai-nilai kebenaran Tuhan.

III. Pengaruh Buruk Game

Berikut beberapa pengaruh buruk video game terhadap seseorang.
1. Orang yang kecanduan main game, hingga banyak menyita waktu, bisa
bermain game sampai 3 hari 3 malam.
2. Game yang penuh kekerasan bisa mengakibatkan hilangnya empati dan
belas kasihan.
3. Kecanduan game mengakibatkan gangguan kesehatan (mata, jantung,
syaraf otak, dan sebagainya).
4. Memori otak diisi dengan prinsip-prinsip yang buruk, seperti
salah satu slogan game: "Only one rule, kill or be killed".
5. Kehidupan interaksi sosial yang kurang.
6. Pembentukan karakter yang tidak sehat.
7. Penurunan prestasi belajar, kehilangan konsentrasi.
8. Kehilangan fokus terhadap segala sesuatu yang bersifat teks.
9. Penurunan kehidupan spiritual dan lain sebagainya.

Meski begitu, ada juga game yang baik dan berguna untuk membangun
karakter, tetapi jumlahnya sangat sedikit jika dibandingkan dengan
game yang isinya penuh dengan kekerasan, seks, dan karakter yang
buruk.

Kita tidak bisa membendung perkembangan teknologi masa kini sebab
teknologi akan terus berkembang. Hal yang bisa kita lakukan adalah
menggunakan teknologi secara tepat guna dan memanfaatkannya untuk
mengajarkan hal yang baik, berguna, dan yang benar kepada anak-anak
kita.

IV. Komunikasi Keluarga

Komunikasi dalam keluarga adalah komunikasi yang tidak bisa
dilakukan oleh dunia maya dan media massa. Komunikasi yang bersifat
tatap muka‚ berbincang-bincang bersama, disertai dengan beragam
ekspresi wajah, canda ria, sentuhan, belaian, dan pelukan akan
memberi arti tersendiri dan mengandung sejuta makna bagi pasangan
dan anak-anak kita (Elvis, Martin. HP & SMS: Alat Bantu atau
Pengganti? Majalah Eunike 08/Triwulan I/23).

Media tidak menganggap anak kita sebagai seorang pribadi, melainkan
sebagai konsumen dan penambah rating iklan. Media tidak bisa memeluk
anak kita.

Media tidak bisa mendengarkan anak kita, kita memiliki hak istimewa
apabila anak kita lari memasuki rumah dengan kabar yang
menggembirakan: Kita dapat mendengarkan! Pada waktu itu, kita lebih
penting dari semua acara media di dunia. Media tidak bisa
menggendong dan berdoa bersama anak kita, tetapi kita dapat
menaikkan anak kita ke tempat tidur dan menyelimutinya serta berdoa
bersama dia (Beers, Gilbert V. Orang Tua, Berbicaralah dengan Anak
Anda!).

V. Kesimpulan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan langkah yang dapat diambil
untuk mengatasi kecanduan anak terhadap dunia maya dan media
audio-visual adalah sebagai berikut.

1. Komunikasi yang efektif adalah dengan media audio-visual.
2. Bangunlah kehidupan spiritual dalam keluarga Anda.
3. Komunikasi keluarga sangat berperan dalam menanamkan nilai pada
anak dengan orang tua sebagai "role model".
4. Menanamkan nilai kebenaran dalam diri anak itu sangat penting.
Dengan demikian, mereka akan bisa mengambil sikap untuk menolak
segala yang tidak baik. Dan sampai tua nanti pun, ia tidak akan
menyimpang dari jalan kebenaran.
5. Tidak ada jalan singkat (shortcut) untuk membebaskan anak yang
sudah telanjur kecanduan media (game, internet, dan sebagainya);
diperlukan usaha dan doa.
6. Jika komunikasi dalam keluarga tidak dibangun, peranan itu akan
diambil alih oleh media.
7. Kita tidak bisa melawan dan membendung teknologi dunia maya dan
media audio-visual.
8. Lakukan apa yang tidak bisa media lakukan bagi anak Anda.
9. Jangan terlalu terfokus pada sisi buruk anak Anda, kembangkan
nilai positif anak -- bakat dan kemampuannya.

Catatan: Artikel ini merupakan makalah yang disertai dengan beberapa
cuplikan film dan game untuk menjelaskan pengaruh dan pemanfaatan
media audio-visual, komunikasi keluarga, membangun aspek spiritual,
serta tidak terlalu terfokus pada sisi negatif anak.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: Situs Layanan Konseling Keluarga dan Karir (LK3)
Penulis   : Martin Elvis
URL       : http://www.lk3web.info/readarticle.php?article_id=6

========== CAKRAWALA (2) ==========

ANAK ANDA DAPAT MENJINAKKAN SI MONSTER TELEVISI

Mungkin televisi merupakan kekuatan yang dapat dengan mudah merembes
masuk ke dalam masyarakat kita. Anda dan anak Anda perlu terampil
dalam menyaring hal-hal mana yang dapat Anda terima dan mana yang
tidak, selama menghadapi tabung ajaib ini. Dalam hal ini,
keterampilan untuk menyaring itu lebih diperlukan dibandingkan dalam
hal-hal lainnya. Tergantung dari kebiasaan-kebiasaan menonton dan
waktu yang dihabiskan untuk itu, televisi dapat memberikan pengaruh
yang positif atau negatif terhadap anak Anda.

Dilihat dari segi negatifnya, terlalu banyak menonton televisi atau
menonton televisi tanpa pengarahan dan didikan tertentu dari orang
tua, dapat memberi pengaruh yang merugikan seperti di bawah ini.
1. Iklan di televisi itu memengaruhi anak untuk menginginkan dan
membeli barang-barang yang belum tentu baik untuk dia atau yang
tidak betul-betul diperlukannya.
2. Televisi dapat dijadikan tempat pelarian dari kenyataan hidup
yang sebenarnya.
3. Benda ini dapat menggantikan persahabatan dan suasana bermain
yang aktif, menghalang-halangi kreativitas, dan perkembangan
pribadinya.
4. Televisi dapat menyebabkan beberapa anak tertentu menjadi
agresif dan bahkan kejam.
5. Televisi dapat menyebabkan seorang anak mempunyai pandangan yang
tidak realistis tentang dunia ini.

Akan tetapi jika digunakan dengan benar, televisi dapat bermanfaat.
1. Televisi dapat mengumpulkan dan mendekatkan keluarga.
2. Televisi dapat merangsang percakapan di antara para anggota
keluarga.
3. Televisi itu dapat melegakan perasaan tertekan dan memberi
perasaan santai kepada seorang anak.
4. Televisi dapat menjadi hiburan yang sehat.
5. Televisi dapat menjadi sarana bagi seorang anak untuk memperoleh
informasi, gagasan, dan pandangan yang lebih luas.
6. Televisi dapat memperluas persepsi seorang anak tentang dunia
ini.

Tiga pertanyaan di bawah ini merupakan pertanyaan yang paling
penting.
1. Berapa lama sebaiknya menonton televisi itu?
2. Acara-acara yang bagaimana yang sepatutnya dihindari?
3. Bagaimana cara Anda meningkatkan daya saring anak Anda dalam
memilih apa yang akan ditontonnya pada layar televisi?

Ada banyak pendapat yang berbeda-beda, tetapi beberapa prinsip
berikut ini pada umumnya dapat diterima.
1. Tidak menjadi soal berapa jam sehari atau seminggu anak Anda
diperkenankan menonton televisi (sebagian mengatakan satu jam
sehari itu batasnya; yang lainnya mengatakan boleh sampai empat
jam), tetapi demi kesehatan mentalnya, tidaklah baik bagi seorang
anak untuk menonton televisi lebih dari dua jam secara
terus-menerus (atau lebih tepat, maksimal dua jam per hari).
Menonton adalah suatu kegiatan yang pasif, sedangkan dalam
kehidupan ini orang yang aktif melakukan sesuatu jauh lebih
produktif daripada orang yang hanya sekadar menjadi pengamat.

2. Pengaturan waktu atau menonton pada saat yang tepat itu sama
pentingnya dengan jumlah waktu yang dipergunakan untuk menonton.
Apakah waktu yang dipergunakan untuk Anda sekeluarga menonton
televisi itu mengganggu waktu Anda sekeluarga makan bersama atau
menjadi pengganti saat Anda sekeluarga bercakap-cakap dengan
santai? Apakah menonton televisi telah merampas waktu bercerita
sebelum tidur atau waktu Anda sekeluarga berdoa bersama? Apakah
menonton televisi itu telah menyisihkan kesempatan untuk Anda
sekeluarga berjalan-jalan pada waktu sore, bermain, atau membaca
bersama-sama sebagai satu keluarga?

Berikut ini langkah/tips praktis yang dapat Anda terapkan.
1. Buatlah suatu survei tentang waktu yang Anda sekeluarga
pergunakan untuk menonton televisi. Sediakan suatu tabel di dekat
televisi, dan buatlah kolom-kolom untuk mencatat jam, hari, dan
judul acara yang ditonton oleh setiap anggota keluarga. Anda akan
heran melihat betapa banyaknya waktu yang dipergunakan keluarga
Anda untuk menonton televisi dan acara apa yang paling banyak
Anda tonton.

2. Cobalah membuat eksperimen dengan keluarga Anda. Sepakatilah
untuk menyimpan pesawat televisi Anda di gudang selama satu
minggu (atau bahkan satu bulan). Lalu rencanakan banyak kegiatan
keluarga untuk setiap sore dan malam. Pilihlah buku-buku dari
perpustakaan dan bacalah bersama. Belikan beberapa papan
permainan. Buatlah acara jalan-jalan bersama untuk "menjelajahi"
daerah di sekeliling tempat tinggal Anda. Tanamilah kebun; catlah
bersama salah satu ruangan dalam rumah Anda; lakukan apa saja
yang produktif dan menyenangkan sebagai satu keluarga. Hari-hari
pertama memang akan terasa sangat berat, tetapi Anda sekalian
akan segera merasa heran akan banyaknya waktu yang Anda miliki!
Pada akhir jangka waktu percobaan itu, Anda akan sanggup membuat
taksiran yang lebih objektif, yang tidak terlalu emosional,
tentang berapa banyak waktu yang pantas disediakan oleh keluarga
Anda untuk menonton televisi.

3. Penderitaan mental yang dialami seorang anak sebagai akibat
menonton televisi pada umumnya disebabkan oleh iklan yang
ditayangkan, tindak kekerasan yang disajikan, dan kehidupan yang
tidak realistis yang sering diperlihatkan dalam acara-acaranya.
Untuk mengimbangi hal ini dan untuk mengoreksi perkembangan cara
berpikir anak, Anda perlu menonton suatu tayangan bersama-sama
sehingga kemudian Anda dapat membahas segala yang keliru dan yang
tidak konsisten yang Anda lihat. Sesudah menonton suatu acara,
bicarakanlah tentang apa yang Anda lihat selagi hal itu masih
segar dalam ingatan.
a. Beberkan asumsi dan cara penilaian yang menjadi latar belakang
acara iklan yang ditayangkan.
b. Tunjukkan yang mana yang disebut kekerasan itu dan bicarakan
betapa seriusnya suatu tindakan yang kejam itu di dalam
kehidupan yang nyata.
c. Lawanlah gambaran yang keliru -- yang merupakan gambaran
standar gaya televisi mengenai apa yang ideal sehubungan
dengan wanita, pria, keluarga, bangsa, dan kelompok-kelompok
agama.
d. Perhatikan dengan cermat bagaimana penyampaian berita di
televisi yang sering berat sebelah mengenai soal politik dan
sosial. Bicarakan tentang bagaimana ratusan pokok pemberitaan
yang dapat dilaporkan setiap harinya, tetapi hanya sedikit
saja yang dipilih; tunjukkan perbedaan yang halus antara mana
yang penting dan mana yang tidak. Pikirkanlah tentang
pemilihan kata-kata yang dipergunakan para penyiar yang sering
terlalu emosional.
4. Jadikanlah waktu untuk menonton televisi itu bermanfaat dengan
menyediakan waktu untuk berunding lebih dahulu. Setiap minggu,
tentukanlah bersama-sama acara-acara mana yang patut ditonton.
Tetapkanlah batas-batasnya bersama-sama. Pakailah
pertanyaan-pertanyaan berikut ini sebagai pedoman untuk tontonan
yang bermanfaat.
a. Apakah acara itu menarik dan menghibur?
b. Dapatkah anak Anda mengerti acara itu?
c. Apakah acara itu menunjukkan perbedaan yang tegas antara yang
benar dan yang salah dan apakah acara itu mengajarkan cara
penilaian yang baik?
d. Apakah acara itu akan menakut-nakuti?
e. Apakah acara itu memisahkan dengan jelas antara dunia khayal
dan kenyataan hidup ini?
5. Bagi anak kecil, coretlah acara-acara yang tema utamanya ialah
kekerasan, yang membiarkan stres tanpa ada penyelesaian, yang
fokusnya pada soal ketakutan, atau yang tidak dengan jelas
membedakan antara apa yang khayalan dan apa yang merupakan
kehidupan yang nyata.
6. Ingatlah bahwa "acara-acara standar orang dewasa" yang
ditayangkan sesudah pukul delapan malam, tidak disediakan untuk
anak-anak.
7. Orang tua yang pencandu televisi tidak dapat mengharapkan bahwa
anak-anak mereka akan dapat mengendalikan diri dalam hal menonton
televisi. Jika Anda ingin anak Anda mempunyai sikap tertentu
terhadap televisi, Anda sendiri harus memberi teladan.

Anak Anda dapat dengan bijaksana memilih acara mana yang akan
ditontonnya. Percayalah bahwa Allah dapat memberi hikmat dan
bersiapsedialah untuk mulai terjun dalam pertempuran khusus ini.
Televisi tidak perlu menjadi monster di dalam keluarga Anda.

Diambil dan diedit seperlunya dari:
Judul buku: 40 Cara Mengarahkan Anak
Penulis   : Paul Lewis
Penerbit  : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1993
Halaman   : 158 -- 163
URL       : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/109/

http://smp1wonosari.wordpress.com/2007/12/01/remaja-harapan-dan-tantangan/

“ REMAJA “

HARAPAN DAN TANTANGAN

Oleh : Sri Wahyuni, S.Pd

Remaja selalu merupakan hal yang menarik untuk dibicarakan. Orang tua sibuk dengan pemikiran tentang anaknya yang sedang meningkat remaja. Guru kadang- kadang gembira menghadapi anak didiknya yang berprestasi, kadang- kadang pusing menghadapi anak didiknya yang berperangai tidak terpuji, mengganggu dan meremehkan peraturan dan disiplin sekolah.

Remaja sendiri sering sibuk dengan dirinya, yang tidak mudah dimengerti dan diterima oleh orangtuanya. Hubungan dengan teman- temannya tidak menentu, ada kalanya akrab tetapi ada kalanya bermusuhan. Mungkin pada suatu ketika dia cinta dan bangga terhadap dirinya, lain waktu dia merasa malu dan benci terhadap dirinya.

A. PENGERTIAN REMAJA

Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak- kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja, luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. Dalam masyarakat, dikenal remaja dengan berbagai istilah yang menunjukkan kelompok umur yang tidak termasuk kanak- kanak tetapi juga bukan pula dewasa, misalnya jaka-dara dan bujang-gadis. Sebutan itu diperuntukkan bagi usia sekitar 13 tahun sampai 17 tahun.

Istilah remaja dalam Islam tidak ada. Didalam Al Qur’an ada kata alfityatu, fityatun yang artinya orang muda. Ada pula kata baligh yang menunjukkan seseorang tidak kanak- kanak lagi atau juga bisa berarti penentuan umur awal kewajiban melaksanakan hukum Islam dalam kehidupan sehari- hari.

B. HARAPAN DAN CITA- CITA

1.  PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN FISIK REMAJA

Pertumbuhan fisik dengan cepat terjadi pada remaja usia 13-17 tahun. Namun pertumbuhannya tidak serentak dan kecepatan pertumbuhan antara remaja satu dengan yang lainnya juga tidak sama. Ada yang cepat pada usia 13-14 tahun dan ada pula pertumbuhan fisiknya terjadi pada akhir remaja (17 tahun).

Pertumbuhan fisik yang tidak serentak itu menimbulkan akibat yang tidak menyenangkan bagi remaja. Tidak heran jika remaja sibuk dengan selalu memperhatikan dirinya, suka berlama- lama berdiri di depan kaca. Dimana ada kaca, mereka condong melihat dirinya lewat kaca itu. Apakah itu cermin dirumah, kaca jendela, etalase toko dan sebagainya.

Perubahan fisik yang begitu cepat itu mengakibatkan perubahan lain pada segi sosial dan kejiwaan. Remaja semakin peka dan tidak stabil, kadang- kadang ia penakut, ragu- ragu, cemas dan sering melontarkan kritikan, bahkan berontak terhadap keluarga, masyarakat ataupun adat kebiasaan.

2.    PERTUMBUHAN DAN KEMATANGAN SEKS

Seiring dengan pertumbuhan fisik, terjadi pula perkembangan di dalam tubuhnya. Kelenjar kanak- kanaknya telah berakhir berganti dengan kelenjar endokrin yang memproduksi hormon, sehingga menggalakkan pertumbuhan organ seks menuju kesempurnaan. Pada remaja puteri terjadi pembesaran payudara dan membesarnya pinggul serta terjadinya haid atau datang bulan. Sedangkan pada remaja putera mulai membesarnya jakun di leher, suara menjadi sengau/besar, bahunya bertambah lebar, mulai tumbuh bulu ketiak dan kumis serta terjadinya mimpi basah.

3.    PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA

Tidak ada seorangpun yang sanggup hidup tanpa tergantung kepada orang lain. Demikian pula remaja, mereka membutuhkan bimbingan dan tauladan agar dapat melalui masa- masa goncang akibat pertumbuhan fisik dan seksual yang cepat dengan sukses.

Agar remaja dapat melalui masa- masa sulit itu maka diperlukan interaksi yang baik antara remaja dengan orangtua, remaja dengan guru di sekolah, dengan teman sebaya  dan dengan orang dewasa lainnya. Guru menempati tempat teristimewa di dalam kehidupan remaja karena guru merupakan cerminan dari alam luar keluarganya. Mereka lebih suka terhadap guru- guru yang terbuka untuk mendengar dan memperhatikan keluhannya dan membantu mengatasi kesulitannya. Remaja kurang senang dengan guru yang tidak mau mendengar dan mengerti keluhannya, terutama guru yang selalu menganggap muridnya harus selalu patuh dan mengikuti apa yang dikehendakinya.

C. TANTANGAN DAN MASALAH REMAJA

Masalah penting yang dihadapi oleh remaja cukup banyak, diantaranya adalah dengan timbulnya berbagai konflik dalam diri remaja.

1.      Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dengan kebutuhan untuk bebas dan merdeka. Remaja membutuhkan penerimaan sosial dan penghargaan serta kepercayaan orang lain kepadanya. Dilain pihak dia membutuhkan rasa bebas, karena ia merasa telah besar, dewasa dan tidak kecil lagi. Konflik antar kebutuhan tersebut menyebabkan rusaknya keseimbangan emosi remaja.

2.      Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan ketergantungan terhadap orangtua. Dilain pihak remaja ingin bebas dan mandiri, yang diperlukannya dalam mencapai kematangan fisik, tetapi membutuhkan orangtua untuk memberikan materi guna menunjang studi dan penyesuaian sosialnya. Konflik tersebut menimbulkan kegoncangan kejiwaan pada remaja sehingga mendorongnya mencari pengganti selain orangtuanya, biasanya teman, guru ataupun orang dewasa lainnya dari lingkungannya.

3.      Konflik antara kebutuhan seks dan ketentuan agama serta nilai sosial. Kematangan seks yang terjadi pada remaja menyebabkan terjadinya kebutuhan seks yang mendesak tetapi ajaran agama dan nilai- nilai sosial menghalangi pemuasan kebutuhan tersebut. Konflik tersebut bertambah tajam apabila remaja dihadapkan pada cara ataupun perilaku yang menumbuhkan rangsangan seks seperti film, sandiwara dan gambar.

4.      Konflik nilai- nilai, yaitu konflik antara prinsip- prinsip yang dipelajari oleh remaja dengan prinsip dan nilai yang dilakukan orang dewasa di lingkungannya dalam kehidupan sehari- hari.

5.      Konflik menghadapi masa depan. Konflik ini disebabkan oleh kebutuhan untuk menentukan masa depan. Banyak remaja yang tidak tahu tentang hari depan dan tidak tahu gambarannya. Biasanya pilihan remaja didasarkan atas pilihan orangtua atau pekerjaan yang populer dimasyarakat.

D. PEMBINAAN DAN PENANGGULANGAN MASALAH

Pada dasarnya remaja itu baik, akan tetapi mereka menghadapi banyak masalah, yang kadang mereka tidak sanggup untuk mengatasinya sehingga terjadi penyimpangan perilaku yang disebut kenakalan. Dalam penanggulangan kenakalan remaja, kita perlu menggunakan pendekatan psikologis. Mulai dari pamahaman tentang kenakalan remaja dan mencari latar belakang terjadinya, agar kita tidak melihat tindakan tanpa mengetahui berbagai faktor penyebabnya baik yang timbul akibat perubahan yang terjadi pada diri remaja maupun yang datang dari luar.

Oleh karena itu dalam penanggulangan kenakalan remaja bukan dengan hukuman atau ancaman tetapi dengan membantunya untuk mencari penyelesaian masalah dengan cara yang baik dan tidak bertentangan dengan hukum dan ajaran agama.

Keluarga mempunyai peranan penting dalam menciptakan ketentraman batin remaja. Dalam menghadapi kenakalan remaja, orangtua yang bijaksana dapat memahami keadaan remaja dan membantunya mengatasi persoalan yang dihadapinya.

Guru di sekolah juga mempunyai peranan penting dalam membantu remaja dalam mengatasi kesulitannya. Keterbukaan hati guru menerima keadaannya menjadikan remaja sadar akan sikap dan tingkah lakunya yang kurang baik.

Pendidikan agama yang diperoleh remaja dapat membantunya mengatasi berbagai masalah dan gejolak kejiwaan pada dirinya, maka sebaiknya semua mata pelajaran dapat menghubungkan bidang yang diajarkannya dengan ajaran agama.

DIarsipkan di bawah: Artikel

http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/27/pengertian-remaja/

Pengertian Remaja
Posted on Nopember 27th, 2008 in Psikologi Remaja by Fitri

Pengertian Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Borring E.G. ( dalam Hurlock, 1990 ) mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari anak-anak kemasa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Sedangkan Monks, dkk ( dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan bahwa masa remaja suatu masa disaat individu berkembang dari pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual, mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang mandiri.
Neidahart (dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dan ketergantungan pada masa anak-anak kemasa dewasa, dan pada masa ini remaja dituntut untuk mandiri. Pendapat ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Ottorank (dalam Hurlock, 1990 ) bahwa masa remaja merupakan masa perubahan yang drastis dari keadaan tergantung menjadi keadaan mandiri, bahkan Daradjat (dalam Hurlock, 1990 ) mengatakan masa remaja adalah masa dimana munculnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fikir yang matang.
Erikson (dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa kritis identitas atau masalah identitas – ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat, serta usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru para remaja harus memperjuangkan kembali dan seseorang akan siap menempatkan idola dan ideal seseorang sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir.
Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.

Sahrul Mujib Tbn

Terima Kasih atas kunjungan Anda, semoga apa yang ada dalam blog ini bermanfaat bagi saya khususnya, dan bagi Anda semua umumnya. Saya tunggu saran dan kritikan dari Anda semua, terima kasih dan jangan ragu untuk berkunjung lagi.