Jepitcom

Akhlak sebagai penentu baik dan mulianya seseorang

Karisma, kemulian dan kebaikan seseorang tidak dapat dilihat atau diukur dari segi kekayaan, harta benda melimpah, tidak dapat Dipandang dari sisi kedudukannya sebagai atasan, pemimpin dan jabatan ataupun dari segi nasab seperti putra orang berpengaruh, bangsawan atau penyanyi, bahkan kepintaran atau kepandaian pun belum bisa dijadikan patokan bahwa orang itu baik atau mulia. Mulia dan hinanya, baik dan buruknya seseorang hanyalah dapat diukur melaui akhlak, tingkah laku,dan sikap seseorang. Orang kaya tidak dapat dikatakan sebagai orang mulia dan baik bila ia masih menyombongkan dirinya atas apa yang ia miliki, masih terus mengejar kekayaan akan tetapi lupa akan haknya kepada saudara-saudara, orang miskin dan orang yang membutuhkannya Sama halnya dengan seorang pemimpin .selagi ia take dapat mengangkat derajat rakyat meringankan beban orang lemah atau miskin selagi masih sewenang-wenang masih memanfaatkan jabatan seenaknya, semaunya sendiri.maka ia takdapat dikatakan sebagai pemimpin yang baik dan take layak untuk dijadikan sebagai teladan take ada bedanya pula dengan mereka yang berpengetahuan luas .mereka yang pintar. Sepintar apapun.mereka yang berilmu meski segudang ilmu ia miliki sejagat pengalaman yang ia lalui.ia akan tetap sebagai oorang yang rendah.selagi ia tidak menghiasi diri dan jiwanya dengan ahlak terpuji.dan perilaku yang baik . Pada dasarnya jiwa manusia seluruhnya adalah baik serta suci. Semasa jiwa berada dalam azali.ia selalu tunduk dan patuh pada aturan dan perintah tuhannya berada dakat disisinya. Akan tetapi setelah berada di alam dunia, alam di mana jasad manusia hidup, jiwa manusia terpesona dan tertarik atas keindahan dunia yang bersifat sementara dan menggiurklan serta dapat melupakan tuhannya. Jiwa itu akan semakin jauh jika masih terkotori oleh sesuatu yang berbau atau bersifat duniawi. Jiwa dan hati nurani manusia sangatlah berpengaruh pada jasad manusia itu sendiri yang ia miliki. Jika hati dan jiwa itu baik maka jasad manusiapun akan ikut baik pula, dan jika hati terkotori oleh penyakit- penyakit hati dan terkalahkan oleh nafsu yang ia miliki.maka hatipun akan menjadi gelap bahkan dapat mati.artinya tertutup untuk memperoleh hidayah tuhan. Apabila hati nurani yang dimiliki mannusia sudah gelap.maka ia tak dapat membedakan antara suatu yang baik dan jelek,antara kebenaran dan kesalahan dan akhirnya nafsupun menguasai diri manusia. Bila manusia terkuasai nafsu, maka tingkah laku, perbuatan dan perkataan tidak akan mencerminkan akhlak-akhlak yang mulia, akhlak yang baik, yang ada hanya kejelekan-kejelekan akhlak dan tingkah laku dan perbuatannya pun tidak terkontrol, dan sering melanggar peraturan-peraturan agama. Kemaksiatan dan dosa sering ia lakukan. Betapa bahaya akibat dari gelapnya hati manusia, jika semua ini dibiarkan tanpa adanya tindak lanjut unstuk memperbaiki, menghapus noda-noda, dan penyakit -penyakit yang ada pada hati, maka ia akan berbuat kerusakan, bahkan dapat berbuat ingkar dan kufur kepada allah. Madlorot lain dari kegelapan hati pada diri manusia adalah ketida adanya perbedaan manusia dengan hewan. Hanya saja hewan tak dibekali pikiran, sehingga ia pun tetap pada tabi’atnya sebagi hewan. Lain halnya dengan hewan, manusia masih dapat berfikir tentang kesalahan-kesalahan yang ia perbuat, yang menyebabakan hatinya gelap. Ia masih dapat berfikir tentang kesalahan-kesalahan yang ia perbuati, yang menyebabkan hatinya gelap, masih dapat pula ia berfikir mencari cara untuk memperbaiki akhlak-akhlak hewaniyah dan tingkah laku yang ia sandang. Untuk mengetahui masih gelap tidaknya hati manusia salah satunya adalah “tidak adanya rasa bersalah, susah gelisah dan penyesalan atas kemaksiatan dan dosa yang ia perbuat, yang ia alami. Dan hilangnya rasa malu kepada tuhannya ketika berbuat kesalahan yang ia sengaja.” Sedangkan untuk mengembalikan hati manusia agar suci kembali adalah dengan menghiasi jiwa dan hati dengan “menghiasi jiwa dan hati dengan akhlak-akhlak terpuji, dengan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah al-quran maupun al-hadist.”(:s)

Sahrul Mujib Tbn

Terima Kasih atas kunjungan Anda, semoga apa yang ada dalam blog ini bermanfaat bagi saya khususnya, dan bagi Anda semua umumnya. Saya tunggu saran dan kritikan dari Anda semua, terima kasih dan jangan ragu untuk berkunjung lagi.