Mencari Sinyal Ilahi |
Menurut Imam al Ghazali dalam karya spektakuler, Ihya’ ‘Ulumuddin. Hati manusia itu ibarat cermin, sedang petunjuk atau hidayah Allah bagaikan nur atau cahaya. Dengan demikian jika hati manusia benar-benar bersih niscaya ia akan bisa menangkap cahaya Ilahi dan memantulkan cahaya itu ke sekitarnya. Sebaliknya, jika manusia tidak mampu menangkap ‘sinyal-sinyal’ Ilahi, menurut Imam al Ghazali, disebabkan tiga kemungkinan, yaitu:
Pertama, cerminnya terlalu kotor sehingga cahaya Ilahi seterang apapun tidak dapat ditangkap. Mereka adalah orang-orang yang berhati kotor, dan dilumuri dengan perbuatan-perbuatan kotor, keji dan aniaya (dzalim).
Kedua, di antara cermin dan sumber cahaya terdapat penghalang (hijab) yang tidak memungkinkan cahaya Ilahi menerpa cermin itu. Mereka adalah orang-orang yang menjadikan harta, tahta dan kesenangan dunia sebagai orientasi hidupnya.
Ketiga, cermin membelakangi sumber cahaya sehingga tidak mungkin dapat tersentuh oleh cahaya petunjuk Ilahi. Mereka adalah orang-orang yang sengaja mengingkari keberadaan Allah. Wallahu A'lam.
Pertama, cerminnya terlalu kotor sehingga cahaya Ilahi seterang apapun tidak dapat ditangkap. Mereka adalah orang-orang yang berhati kotor, dan dilumuri dengan perbuatan-perbuatan kotor, keji dan aniaya (dzalim).
Kedua, di antara cermin dan sumber cahaya terdapat penghalang (hijab) yang tidak memungkinkan cahaya Ilahi menerpa cermin itu. Mereka adalah orang-orang yang menjadikan harta, tahta dan kesenangan dunia sebagai orientasi hidupnya.
Ketiga, cermin membelakangi sumber cahaya sehingga tidak mungkin dapat tersentuh oleh cahaya petunjuk Ilahi. Mereka adalah orang-orang yang sengaja mengingkari keberadaan Allah. Wallahu A'lam.